TIGA
Al-QURAN
PENDAHULUAN
Quran, kitab suci umat Muslim, dipercaya telah diwahyukan kepada Muhammad oleh malaikat Jibril ‘sedikit demi sedikit’ sesuai kebutuhan sepanjang 23 tahun terakhir kehidupan Muhammad. Muslim memiliki sikap fundamental terhadap firman Allah, dan Quran ditinggikan di tempat yang terhormat di dalam hati mereka. Mereka percaya bahwa Quran adalah firman Allah dalam arti yang paling harafiah, dan karenanya tidak dapat dibandingkan dengan tulisan manusia manapun juga. Mereka mengklaim bahwa Muhammad hanyalah penerima firman dan ia meneruskannya dalam bentuk salinan yang persis sama dengan kitab aslinya di surga. Isi kitab tersebut sama sekali tidak ada sangkut-pautnya dengan karakter nabi itu, dan Muslim menganggapnya sebagai suatu penghujatan bila Quran dikaitkan dengan Muhammad sekalipun secara tidak langsung, sebagaimana tulisan-tulisan di Alkitab yang dikaitkan dengan para penulisnya.
Muslim percaya bahwa Quran secara ajaib diwahyukan untuk membimbing orang percaya di jalan kebenaran dan kitab suci tersebut menggantikan semua kitab suci yang pernah diwahyukan sebelumnya. Mereka juga yakin bahwa kitab tersebut terjaga dengan sempurna selama berabad-abad. Kebanyakan Muslim saat ini tidak akan percaya bahwa pernah di suatu masa tertentu Quran beredar dengan beragam versi. Dalam teologi Muslim, Quran memiliki tempat seperti Kristus dalam Kekristenan, sebagai firman Allah yang kekal.
Quran memainkan peranan khusus dalam kehidupan sebagian besar umat Muslim, yang harus membaca sebagian atau ayat-ayat dari Quran lima kali sehari dalam sholat mereka, dan berusaha menghafalkan ayat-ayatnya sebanyak mungkin. Seorang Muslim yang saleh tidak akan minum, merokok atau bersuara ketika Quran sedang dibacakan dengan keras. Senandung Quran dalam bahasa Arab memiliki efek yang menyenangkan bahkan seperti menghipnotis orang yang bisa berbahasa Arab; hal ini tidak bisa dilakukan dalam terjemahan bahasa apapun.
Meskipun tidak berurusan dengan semua aspek kehidupan yang diatur Islam, kaum Muslim percaya bahwa jika Quran menyinggung tentang suatu aspek tertentu, maka itu dilakukan dengan otoritas ilahi yang mutlak, dan Quran merupakan sumber otoritas utama mereka.
ASAL–USUL
Muslim percaya Quran ada abadi di surga, dipahat di atas lempengan batu dalam bahasa Arab. Karenanya bahasa Arab dianggap sebagai bahasa yang lebih superior dibanding bahasa lainnya, dan orang yang bisa berbahasa Arab dianggap bergengsi di mata masyarakat Muslim. Bahasa ini dianggap begitu pentingnya sehingga ketika anak-anak Muslim diajari Quran, tujuan utamanya adalah untuk melatih mereka membacanya keras-keras dalam bahasa Arab (atau lebih baik lagi mendeklamasikannya di luar kepala dalam bahasa Arab). Memahami apa maksud kata-kata dari Quran tidaklah sepenting dibandingkan dengan kemampuan melafalkannya (terutama bagi anak perempuan). Sungguh ironis bahwa sebenarnya banyak kata dalam Quran (belum lagi kisah-kisah dan nama-nama di dalamnya) sebenarnya berasal dari bahasa Aram, bahasa Yesus, yang merupakan bahasa utama di daerah itu sampai munculnya Islam.
‘Wahyu’ itu diteruskan secara lisan oleh Muhammad kepada pengikut-pengikutnya; beberapa orang menuliskannya, dan yang lain menghafalkannya. Muslim ortodoks percaya bahwa malaikat Jibril membantu Muhammad menyatukan wahyu tersebut dari waktu ke waktu, sehingga pada saat kematian Muhammad telah terbentuk transkrip yang persis sama dengan apa yang tertulis di lempengan batu surgawi di sisi Allah.
Namun ilmu pengetahuan modern menunjukkan bahwa pada saat kematian Muhammmad, tidak didapati kumpulan wahyu yang telah disatukan maupun tersusun rapi, dan tampaknya telah terjadi proses editorial. Beberapa waktu setelah kematian Muhammad, barulah wahyu-wahyu itu dikumpulkan oleh para pemimpin Muslim dari catatan-catatan yang ditulis di atas daun-daun, batu-batu, tulang belikat onta, dan lain sebagainya, serta dari ingatan orang-orang yang telah menyimpannya dalam memori mereka. Hasil dari pengumpulan berbagai koleksi yang dilakukan di tempat-tempat yang berbeda, agaknya bervariasi satu dengan yang lain. Khalifah Usman memutuskan untuk memperbaiki situasi dan mengumpulkan para ulama untuk menciptakan teks standar resmi, antara tahun 650 dan 656, yang disebarkannya secara luas, dan pada saat yang sama mengeluarkan perintah agar semua versi lainnya dimusnahkan!
Petikan naskah Quran paling tua yang masih bertahan tertanggal tidak lebih awal dari abad ke dua Hijriyah (kira-kira abad 8 M). Naskah-naskah tersebut ditulis dengan tulisan Kufic yang hanya menggunakan huruf konsonan. Hasilnya adalah interpretasi yang terbuka dan rancu sebagaimana yang terjadi bila semua huruf vokal dan tanda baca dihilangkan dari sebuah teks berbahasa Indonesia. Belakangan hari barulah penempatan huruf vokal dan tanda-tanda penolong lainnya ditambahkan. Berbagai versi yang berbeda-beda terus bermunculan sampai paling tidak abad 10 M, ketika beberapa ulama Islam dipenjara karena menolak untuk meninggalkan versi pilihan mereka. Bahkan hingga pertengahan abad ke-20 masih ada 2 versi yang dipakai, sebuah fakta yang tidak akan dipercaya oleh kebanyakan Muslim. Saat sebagian besar dunia Muslim hanya memiliki satu versi, di Afrika Utara masih dipakai versi alternatif lainnya; meskipun demikian, versi alternatif ini dengan cepat dikalahkan oleh versi utama. Karenanya berdasarkan bukti-bukti tersebut, argumen kaum Muslim yang menyatakan bahwa orang Kristen telah mengubah kitab suci mereka sedangkan kitab suci Islam tidak pernah diutak-atik, merupakan pernyataan yang tidak akurat.
STRUKTUR DAN ISI
Panjang Quran kurang lebih sama dengan Perjanjian Baru, dan terbagi atas 114 surah (pasal). Surah-surah tersebut tidak disusun berdasarkan urutan kronologis tetapi disusun mulai dari surah yang paling panjang hingga yang paling pendek (selain surah 1, yang sangat singkat).
Sangat penting bagi siapapun yang mencoba memahami isi Quran untuk tahu tentang urutan penanggalan pasal-pasal dalam Quran. Berhubung ada beberapa ayat yang saling berkontradiksi, sehingga ulama Muslim menetapkan aturan mengenai ayat mana yang harus diikuti bila dijumpai kasus pengajaran yang saling bertentangan. Aturan yang paling banyak digunakan adalah: ayat yang diwahyukan belakangan membatalkan ayat yang terdahulu (konsep nasikh-mansukh). Alasan untuk ini adalah karena ayat-ayat sebelumnya memang sudah sesuai untuk tahap awal misi Muhammmad, tapi belakangan, perubahan kondisi menuntut agar ayat-ayat tersebut dimodifikasi. Mengikuti aturan ini tidak selalu mudah karena para ulama sendiri tidak sepenuhnya sepakat tentang penanggalan ayat-ayat tersebut. Namun, setidaknya perlu untuk mengetahui pasal-pasal dan ayat-ayat mana yang diwahyukan terdahulu, yakni ketika Muhammad masih tinggal di Mekah; dan mana yang diwahyukan kemudian, setelah ia pindah ke Madinah (Lihat Lampiran 3).
Secara umum, kelima ayat pertama surah 96 dianggap sebagai wahyu yang diturunkan paling pertama. Mereka dimulai dengan kata ‘Bacalah! dengan menyebut nama Tuhanmu dan Penciptamu…’ Dari kata pertama iqra inilah [proklamirkan, bacalah, ucapkan] sebutan ‘Quran’ itu berasal.
Surah 1 dipakai oleh umat Muslim sebagai doa; dan bagi orang Islam, doa ini memiliki tempat yang sama seperti Doa Bapa Kami dalam agama Kristen. Bunyinya sebagai berikut:
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang,
Pemilik hari pembalasan.
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah
dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai,
dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Ayat ini dibacakan berkali-kali dalam sehari oleh seorang Muslim yang taat menjalani doa-doa yang diwajibkan. Beberapa terjemahan Quran bahasa Inggris menambahkan kata penjelasan di dalam tanda kurung bahwa: mereka yang dimurkai Allah adalah orang-orang Yahudi, dan mereka yang sesat adalah orang-orang Kristen. Ini adalah pemahaman tradisional dari ayat itu.
Surah-surah awal memiliki beberapa persamaan dengan Kitab Mazmur dalam hal panjang, pokok bahasan, dan bentuk ritmenya. Namun mereka kurang dalam hal pendekatan, dikarenakan mereka bukan berisi kerinduan hati manusia kepada Allah, melainkan Allah berbicara kepada umat manusia dan menggunakan Muhammad sebagai corongnya.
Quran berisi banyak peringatan tentang kedatangan hari kiamat, dan menggambarkan tentang surga dan neraka. Ia mengkritik orang Yahudi dan Kristen dan menyerang kepercayaan mereka, menekankan kesatuan dan kebesaran Allah, pentingnya seorang Muhammad sebagai utusanNya dan kewajiban kita untuk mematuhinya. Beratus-ratus ayat Quran menetapkan peraturan bagi kehidupan masyarakat Islam – cara beribadah, hukum dan sosial. Berbagai praktek kepercayaan para penyembah berhala juga dimasukkan ke dalam Quran, contohnya penghormatan kepada Kaabah di Mekah. Quran juga memiliki kisah karakter Alkitab, terutama Yusuf dan Yesus juga Musa dan beberapa tokoh lainnya. Kisah-kisah ini berbeda dari versi Alkitab. Hal ini menunjukkan bahwa sumber cerita Quran bukan berasal dari Alkitab namun dari sumber kedua, yakni orang Yahudi atau Kristen (yang mungkin sesat). Quran tidak menceritakan riwayat hidup Muhammad.
TERJEMAHAN
Karena bahasa Arab dari Al-Quran-orisinil (surgawi) begitu dihormati, versi Quran yang diterjemahkan ke dalam bahasa lainnya hanya dipandang sebagai pendekatan dan penafsiran saja. Beberapa diberi judul ‘Makna Quran yang Agung’ atau ‘Interpretasi Makna Quran yang Agung’ untuk mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang mungkin hilang dalam proses penterjemahan.
Banyak terjemahan diberikan ‘pemlintiran arti’ tertentu oleh penterjemahnya. Karena teks Arab orisinil tidak jelas dan sulit dimengerti, maka dapat dipastikan bahwa apabila makna teks terjemahannya tampak sangat jelas dan dapat dimengerti, maka tentunya teks tersebut telah mengalami proses editorial yang tidak sedikit. Terkadang hal ini terlihat jelas pada: penjelasan editorial yang dicetak di dalam tanda kurung, catatan kaki, lampiran, dll. Beberapa versi tampaknya seperti terjemahan ‘langsung’ tanpa penambahan maupun interpretasi editorial, padahal pada kenyataannya tidak demikian.
Penyimpangan yang terjadi dalam penterjemahan bisa mengarah ke segala arah. Beberapa terjemahan Quran dalam bahasa Inggris modern dirancang secara khusus sehingga menampilkan Islam secara menarik bagi para pembaca Barat. Terjemahan ini melunakkan ayat-ayat yang lebih keras. Contohnya, ‘Ayat Pedang’ (Q 9:5) dalam terjemahan Quran Fazlollah Nikayin, yang diterbitkan pada tahun 2000 adalah:
Dan bila bulan-bulan suci telah berakhir,
Perangilah para penyembah berhala hingga tuntas
Bandingkan dengan versi terjemahan yang lebih standar, seperti versi Yusuf Ali:
Apabila telah habis bulan-bulan haram itu,
Perangilah dan bunuhlah orang-orang musyrikin itu
Sebaliknya ada pula terjemahan modern lain yang secara ekstrim berlawanan dengan versi terjemahan di atas, dan digunakan untuk mempromosikan Islam radikal ke seluruh dunia. Pemerintah Saudi mendanai distribusi jutaan salinan Quran terjemahan Muhammmad Taqi-ud-Din Al-Hilali dan Muhammad Muhsin Khan yang menyatakan dengan sangat jelas keyakinan mereka bahwa jihad harus dipahami secara harafiah, yaitu perang fisik.
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (tank, pesawat, peluru kendali, artileri) yang dengan persiapan itu kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. (Q 8:60)
Di buku ini saya mengutip dari terjemahan Abdullah Yusuf Ali, yang pertama kali muncul pada tahun 1934, sebelum maraknya kecenderungan untuk memaksakan penyimpangan editorial. Terjemahan Yusuf Ali mengambil pemahaman tradisional dan tidak ekstrim, dan digunakan secara luas sampai pemerintah Saudi mulai menyebarkan terjemahan Al-Hilali dan Khan.
KESAKSIAN Al-QURAN
Dapat dilihat dari ayat-ayat berikut, yang mewakili sekian banyak ayat lainnya dalam Quran, bahwa Quran berulang kali menegaskan bahwa ia adalah wahyu langsung dari Allah. Ayat-ayat berikut ini ‘diwahyukan’ kepada Muhammad untuk menjawab tuduhan bahwa sebenarnya wahyu-wahyu yang ada adalah karangan Muhammad semata.
Katakanlah: “Sesungguhnya jika manusia dan jin
berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini,
mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Q 17:88)
Tidaklah mungkin Al Qur’an ini dibuat oleh selain Allah;
akan tetapi (Al Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya
dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya,
tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam.
Atau (patutkah) mereka mengatakan: “Muhammad membuat-buatnya.”
Katakanlah: “(Kalau benar yang kamu katakan itu),
maka cobalah datangkan sebuah surat semisalnya dan panggillah siapa-siapa
yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah,
jika kamu orang-orang yang benar.” (Q 10:37-38)
Keterangan bahwa Quran menyempurnakankan kitab-kitab yang ada sebelumnya (Q 10:37) juga merupakan klaim yang sering ditegaskan oleh Quran, yaitu bahwa ia meneguhkan dan meneruskan wahyu ‘yang dikirimkan’ sebelumnya dalam Taurat dan Injil. Contoh klaim tersebut dapat dilihat pada ayat berikut:
Dia menurunkan Al-Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya;
membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya
dan menurunkan Taurat dan Injil. (Q 3:3)
Sebagai jawaban atas pernyataan beberapa lawan Muhammad bahwa ada kontradiksi yang jelas di dalam Quran, maka sebuah ayat langsung diwahyukan untuk memadamkan masalah itu:
Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki
dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki),
dan di sisi-Nya-lah
terdapat Umulkitab (Lauhmahfuz). (Q 13:39)
Ini adalah ‘ayat pembatalan’ (nasik-mansukh) yang terkenal itu, dimana Allah membenarkan praktek diri-Nya untuk menganulir (membatalkan) ayat yang diturunkan sebelumnya dengan ayat yang datang belakangan (wahyu membatalkan wahyu). Padahal ‘Ibu segala Kitab’ yaitu sumber wahyu, mengacu kepada setiap wahyu yang asli yang tersimpan secara kekal di surga, tak ada yang teranulir!
Sebuah klaim lebih lanjut dari Quran yang perlu diperhatikan adalah, bahwa Quran diwahyukan dalam bahasa Arab, bahasa orang-orang kepada siapa Quran diturunkan, bukan dalam bahasa asing, seperti Taurat orang Yahudi dan Injil orang Kristen:
Alif Lam Ra. Ini adalah
ayat-ayat Kitab (Al Qur’an) yang jelas.
Sesungguhnya Kami menurunkanya
berupa Quran berbahasa Arab,
agar kamu mengerti. (Q 12:1,2)
KESAKSIAN QURAN ATAS KITAB-KITAB SUCI SEBELUMNYA
Ada lebih dari 120 referensi dalam Quran mengenai Kitab Suci orang Yahudi dan Kristen, memberikan kesaksian bahwa mereka adalah wahyu-wahyu asli dari Allah. Orang-orang Yahudi dan Kristen secara umum dikenal sebagai ‘ahli Kitab’.
Sangat penting bagi orang Kristen yang berhubungan dengan Muslim untuk mengetahui bahwa Muhammad tidak mengklaim dirinya sebagai pembawa wahyu yang sama sekali baru, atau bahwa ia ingin membentuk sebuah agama baru. Tujuannya hanya ingin membawa umatnya kembali kepada agama asli yang dianut dan diajarkan oleh semua nabi mulai dari nabi Adam dan nabi-nabi sesudahnya. Ayat berikut ini adalah gambaran dari sikap tersebut:
Katakanlah (hai orang-orang Mukmin): “Kami beriman
kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada kami,
dan apa yang diturunkan kepada Ibrahim,
Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya,
dan apa yang diberikan kepada Musa dan Isa
serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya.
Kami tidak membeda-bedakan seorangpun diantara mereka
dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.” (Q 2:136)
Ayat sejenis yang menunjukkan penerimaan Muhammad terhadap kitab-kitab suci yang ada dapat ditemukan dalam Q 4:163
Sesungguhnya Kami mewahyukan kepadamu (Muhammad)
sebagaimana Kami telah mewahyukan
kepada Nuh dan nabi-nabi setelahnya,
dan Kami telah mewahyukan (pula)
kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub dan anak cucunya;
Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman.
Dan Kami telah memberikan
Kitab Zabur kepada Dawud.
Ketergantungan Muhammad pada kitab-kitab suci bahkan lebih jelas terindikasi dalam Q 10:94, yang menganjurkan agar berkonsultasi dengan orang-orang Yahudi dan Kristen ‘yang telah membaca kitab itu sebelum kamu’:
Maka jika kamu (Muhammad)
berada dalam keragu-raguan
tentang apa yang Kami turunkan kepadamu,
maka tanyakanlah kepada orang
yang membaca kitab sebelummu.
Oleh karena itu, orang Kristen memiliki posisi yang kuat untuk mengundang seorang Muslim membaca Alkitab, karena Quran sendiri secara jelas bersaksi tentang keasliannya (Alkitab), bahkan menyarankan bagi Muslim yang bingung agar berkonsultasi kepada orang-orang Kristen tentang masalah-masalah agama yang dia tidak mengerti. Namun, pada titik ini akan muncul suatu hambatan antara Muslim dan Kristen. Setiap Muslim yang benar-benar berkonsultasi dengan orang Kristen, atau membaca kitab suci Kristen, akan menemukan kontradiksi yang jelas terhadap ajaran Quran.
Ini adalah masalah serius bagi Muslim, karena jika Quran dan kitab-kitab lainnya – Taurat, Zabur dan Injil – semuanya berasal dari Allah, dan jika Quran adalah penegasan dari ajaran kitab-kitab sebelumnya, maka seharusnya ada keselarasan dan kesinambungan antara Quran dan kitab-kitab tersebut, bukannya saling berkontradiksi. Satu-satunya kesimpulan jujur terhadap kontradiksi yang terjadi adalah barangkali Kitab Suci sebelumnya sesungguhnya bukan wahyu dari Allah atau Quran yang sesungguhnya bukan wahyu dari Allah. Tetapi hal itu berlawanan dengan ajaran yang tertulis dengan jelas dalam Quran. Untuk meloloskan diri dari dilema ini, maka Muslim telah mengajukan teori tentang pemalsuan salinan kitab suci orang Yahudi dan Kristen yang ada. Menurut teori ini, referensi dalam Quran mengenai Kitab Suci yang sebelumnya hanyalah ditujukan pada kitab-kitab yang orisinil, bukan salinan kitab-kitab seperti yang ada pada saat ini, yaitu ‘yang telah dipalsukan’. Untuk mendukung teori ini, kadang-kadang ayat Quran berikut akan dikutip:
Dan sungguh,
di antara mereka niscaya ada segolongan
yang memutar-balikkan lidahnya membaca Kitab,
agar kamu menyangka
(yang mereka baca) itu sebagian dari Kitab,
padahal itu bukan dari Kitab
dan mereka berkata, “Itu dari Allah,”
padahal itu bukan dari Allah.
Mereka mengatakan
hal yang dusta terhadap Allah,
padahal mereka mengetahui. (Q 3:78)
Salah satu penjelasan mengenai bagaimana sampai tuduhan pemalsuan ini terjadi adalah karena Muslim menganggap bahwa referensi Alkitab di Yohanes 16:7 (dan beberapa ayat lainnya) tentang kedatangan Roh Kudus sebagai Penasehat sebenarnya adalah nubuat tentang kedatangan Muhammad, yang sebutan lain bagi namanya adalah ‘Ahmad.’ Ayat Quran yang biasanya dijadikan panduan oleh umat Muslim untuk konteks ini, bunyinya:
Dan (ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata,
“Wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu,
yang membenarkan kitab (yang turun) sebelumku,
yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan seorang rasul
yang akan datang setelahku, yang namanya Ahmad.” (Q 61:6)
Muslim menganggap bahwa kata Paracletos dalam bahasa Yunani (yang diterjemahkan di Injil sebagai ‘Penasehat’, ‘Penghibur’ atau yang serupa dengan itu) adalah pembelokan dari kata aslinya Periclutos, yang dalam bahasa Arab artinya adalah ‘Ahmad.” (Untuk bacaan lebih lanjut, baca Is Muhammad Foretold in the Bible? oleh John Gilchrist)
Hal ini dan semua tuduhan pemalsuan Kitab Suci lainnya, dengan mudah dapat ditunjukkan sebagai tuduhan yang tak berdasar, dari fakta sederhana bahwa naskah-naskah lengkap Perjanjian Baru berbahasa Yunani, yang tertanggal 2 abad atau lebih sebelum jaman Muhammad, masih ada hingga hari ini. Naskah-naskah ini memperkuat versi teks yang kita pakai saat ini, bukan teks Quran yang berbeda.
PENGAKUAN QURAN TENTANG KRISTUS
Quran memuat sejumlah pernyataan positif tentang Kristus. Di bawah ini adalah beberapa pengakuannya yang paling penting.
1. Kelahiran dari perawan
Beberapa pasal terpanjang dalam Quran berhubungan dengan Yesus dan Maria dan pemberitaan tentang kelahiran Kristus. Berikut ini adalah contoh beberapa kutipannya:
(Ingatlah), ketika para malaikat berkata,
“Wahai Maryam! Sesungguhnya Allah menyampaikan
kabar gembira kepadamu
tentang sebuah kalimat (firman) dari-Nya
(yaitu seorang putra), namanya Al-Masih Isa putra Maryam,
seorang terkemuka di dunia dan di akhirat,
dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah).” (Q 3:45)
Dia (Maryam) berkata,
“Ya Tuhanku, bagaimana mungkin
aku akan mempunyai anak,
padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?”
Dia (Allah) berfirman, “Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu,
Dia hanya berkata kepadanya, ‘Jadilah!’
Maka jadilah sesuatu itu.” (Q 3:47)
Beberapa ayat-ayat kunci tentang Maria bisa ditemukan dalam Q 19:16-17, 19-22 dan Q 66:12.
2. Penegasan bahwa Yesus adalah ciptaan
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan)
Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam.
Dia menciptakannya dari tanah,
kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!”
Maka jadilah sesuatu itu. (Q 3:59)
Meski tujuan yang jelas dari ayat ini adalah untuk menunjukkan fakta bahwa Yesus hanyalah seorang manusia biasa, namun ada keraguan apakah ungkapan ‘Dia menciptakannya’ merujuk kepada penciptaan Adam atau Yesus. Jika yang dimaksud adalah Adam, sudah pasti, ayat ini tidak bertentangan dengan Alkitab Kristen. Namun umumnya Muslim menganggap bahwa ayat itu merujuk kepada penciptaan Yesus (walau Allah jelas tidak menciptakan Isa dari tanah, melainkan dari Ruh dan Kalimat-Nya). Dalam hal ini, jawaban terbaik dari orang Kristen atas ayat ini adalah dengan menyatakan bahwa Alkitab Kristen juga membandingkan Yesus dengan Adam, bukan karena Dia adalah mahluk ciptaan seperti Adam; tetapi lebih karena seperti Adam, Yesus adalah awal dari sebuah ciptaan baru.
3. Mujizat
Quran (dan tulisan Muslim lainnya) banyak memuat tentang mujizat yang dilakukan Yesus sebagai bukti dari pengutusanNya. Tetapi selalu dinyatakan bahwa mujizat-mujizat itu terjadi ‘dengan ijin Allah’. Tidak terdapat pengakuan mengenai fakta adanya kuasa ilahi yang melekat pada diri Kristus. Ayat berikut adalah contohnya:
Dan ingatlah, ketika Allah berfirman,
“Wahai Isa putra Maryam!
Ingatlah nikmat-Ku kepadamu
dan kepada ibumu sewaktu Aku menguatkanmu
dengan Rohulkudus.
Engkau dapat berbicara dengan manusia
di waktu masih dalam buaian dan setelah dewasa.
Dan ingatlah ketika Aku mengajarkan menulis kepadamu,
(juga) Hikmah, Taurat dan Injil.
Dan ingatlah ketika engkau membentuk dari tanah
berupa burung dengan seizin-Ku,
kemudian engkau meniupnya,
lalu menjadi seekor burung (yang sebenarnya)
dengan seizin-Ku.
Dan ingatlah, ketika engkau menyembuhkan
orang yang buta sejak lahir dan orang yang berpenyakit kusta
dengan seizin-Ku.
Dan ingatlah ketika engkau mengeluarkan orang mati
(dari kubur menjadi hidup) dengan seizin-Ku.” (Q 5:110)
PENYANGKALAN QURAN TENTANG KRISTUS
Penyangkalan Quran berhubungan dengan beberapa doktrin kekristenan yang paling mendasar tentang Kristus. Penyangkalan ini membawa beban berat bagi seorang Muslim, yang percaya bahwa doktrin-doktrin tersebut adalah Firman Allah yang dinyatakan dalam kata-kata Allah sendiri.
1. Penyangkalan Trinitas dan keilahian Kristus
Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu,
adalah utusan Allah dan
(yang diciptakan dengan) kalimat-Nya
yang disampaikan-Nya kepada Maryam,
dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Maka berimanlah kepada Allah
dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan,
“(Tuhan itu) tiga,” berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu lebih baik) bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa,
Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak. (Q 4:171)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman,
“Wahai Isa putra Maryam!
Engkaulah yang mengatakan kepada orang-orang,
jadikanlah aku dan ibuku
sebagai dua tuhan selain Allah?”
(Isa) menjawab, “Mahasuci Engkau,
tidak patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku.” (Q 5:116)
Perlu diperhatikan di sini bahwa ajaran palsu dari beberapa sekte Kristen yang ditolak Muslim, sebenarnya juga ditolak oleh orang Kristen. Karena apa yang ditolak (Allah) dan Muhammad di sini bukanlah ajaran Kristen yang benar, tetapi apa yang dia sangka merupakan ajaran Kristen. Dalam pengertian Muhammad, orang Kristen percaya bahwa Trinitas terdiri dari Bapa, Ibu (Maria) dan Anak (apakah itu juga pemahaman Allah? pen.). Kemungkinan besar pemahaman tersebut muncul dari pengamatannya terhadap pemujaan yang berlebihan yang dilakukan beberapa orang Kristen terhadap Maria.
2. Penyangkalan Kristus sebagai Anak
Banyak ayat dalam Quran yang menekankan Ke-Esa-an Allah yang absolut, dan secara tersirat menolak Kristus sebagai Anak Allah, dan ada juga yang menolak kemungkinan Allah memiliki Anak, seperti dalam surah 112, yang secara lengkap berbunyi:
Katakanlah, “Dialah Allah,
Yang Maha Esa.
Allah tempat meminta segala sesuatu.
(Allah) tidak beranak
dan tidak pula diperanakkan.
Dan tidak ada sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q 112)
Ada pula sejumlah ayat yang secara khusus menyangkal Kristus sebagai Anak Allah, contohnya Q 4:171 yang telah dikutip sebelumnya dalam hubungannya dengan Trinitas, selain itu ada lagi ayat berikut:
Itulah Isa putra Maryam,
(yang mengatakan) perkataan yang benar,
yang mereka ragukan kebenarannya.
Tidak patut bagi Allah mempunyai anak,
Mahasuci Dia. (Q 19:34, 35)
Ayat lainnya yang relevan dengan itu adalah Q 6:101-6.
Keseriusan pandangan Muslim tentang doktrin Kristen mengenai Trinitas dan keilahian Kristus dapat dilihat dalam ayat berikut:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
(dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik),
dan Dia mengampuni apa (dosa)
yang selain (syirik) itu
bagi siapa yang Dia kehendaki.
Barangsiapa mempersekutukan Allah,
maka sungguh,
dia telah berbuat dosa yang besar. (Q 4:48)
Ini adalah dosa syirik yang tak terampuni. Meskipun syirik – mempersekutukan seseorang dengan Allah sebagai partner ilahi Allah – adalah dosa yang paling mematikan; tetapi di mata seorang Muslim, doktrin Kristen yang menggambarkan Kristus sebagai Anak Allah dianggap sebagai penghinaan yang lebih besar. Hal ini timbul dari fakta bahwa seorang Muslim – atau lebih tepatnya Muhammad – berpikir tentang anak hanya dalam hal hubungan seksual antara ayah dan ibu. Boleh dikatakan, barangkali seorang Muslim akan lebih bisa menerima pengakuan kita terhadap keilahian Kristus dari pada pengakuan kita bahwa Dia adalah Anak Allah.
3. Penyangkalan Penyaliban Kristus
Hal ini barangkali merupakan penyangkalan Muslim tentang Kristus yang paling mendasar dan paling dikenal, tidak dapat ditawar-tawar lagi.
dan (Kami hukum juga)
karena kekafiran mereka (terhadap Isa),
dan tuduhan mereka terhadap Maryam,
dan (Kami hukum juga)
karena ucapan mereka,
“Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih,
Isa putra Maryam, Rasul Allah,”
padahal mereka tidak membunuhnya
dan tidak (pula ) menyalibkannya,
tetapi (yang mereka bunuh adalah)
orang yang diserupakan dengan Isa…
Tetapi (yang sebenarnya),
Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.
Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q 4:156-158)
Tidak seorang Muslim pun yang boleh menolak penyangkalan mutlak tentang kematian Kristus yang tercantum dalam ayat ini, meskipun pada kenyataannya hal itu sulit diterima oleh Muslim yang bersedia merenungkan ayat tersebut. Jika Kristus tidak mati, jelas sekali kenyataan ini menempatkan dia jauh melebihi nabi-nabi yang lain, seperti Muhammad, yang mati pada akhirnya. Tetapi untuk percaya bahwa ia benar-benar mati, sama saja artinya dengan menyangkali Firman Allah, atau paling tidak harus mengakui bahwa memang telah terjadi kesalahan dalam penterjemahan. Untuk keluar dari dilema ini, tradisi-tradisi Islam menyampaikan tentang kembalinya Kristus ke dunia di masa depan, sebagai pemeluk agama Islam dan lalu kemudian mati. Hal ini didasarkan pada penafsiran ayat-ayat sebagai berikut:
“Dan kesejahteraan
semoga dilimpahkan kepadaku,
pada hari aku dilahirkan,
pada hari aku meninggal
dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”
Itulah Isa putra Maryam. (Q 19: 33-4)
Cara yang paling wajar untuk mencocokkan ayat ini dengan teori kematian Isa adalah dengan mengubah urutan kata-katanya, yaitu perkataan ‘pada hari aku meninggal’ seharusnya ditulis setelah perkataan ‘pada hari aku dibangkitkan hidup kembali’. Tetapi melakukan perubahan seperti itu adalah dosa bagi seorang Muslim karena itu artinya mengubah Wahyu Allah. Hal ini, setidak-tidaknya, adalah argumen yang lemah, karena kata-kata yang persis sama digunakan juga dalam ayat 15 pada surah yang sama, sehubungan dengan Yahya anak Zakaria (Yohanes Pembaptis), dan tak seorangpun yang merasa perlu untuk mengubah urutan kata-katanya di sini.
AJARAN Al-QURAN
Berikut ini adalah beberapa hal lain yang disampaikan oleh Quran.
1. Kejatuhan
Dan Kami berfirman, “Wahai Adam!
Tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga,
dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan)
yang ada di sana sesukamu.
(Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini,
nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim!”
Lalu setan memperdayakan keduanya dari surga
sehingga keduanya dikeluarkan
dari (segala kenikmatan) ketika keduanya di sana (surga).
Dan Kami berfirman, “Turunlah kamu!
Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain…” (Q 2:35-6)
Lihat juga Q 7:19ff. dan 20:115-123. Dalam hubungan ini patut dicatat bahwa Quran tidak tahu apa-apa tentang firdaus di bumi, yaitu Eden. Firdaus ada di surga, dan secara harafiah Adam dan Hawa jatuh dari surga ke bumi.
2. Iblis
Asal mula dan pekerjaan Iblis atau Shaytan, si jahat, dijelaskan dalam Q 7:11-18, yang dimulai sebagai berikut:
Dan sungguh, Kami telah menciptakan kamu,
kemudian membentuk (tubuh)mu,
kemudian Kami berfirman kepada para malaikat,
“Bersujudlah kamu kepada Adam,”
maka mereka pun sujud kecuali Iblis.
Ia (iblis) tidak termasuk mereka yang bersujud.
(Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu
(sehingga) kamu tidak bersujud
(kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?”
(Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia.
Engkau ciptakan aku dari api,
sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”
(Allah) berfirman, “Maka turunlah kamu darinya (surga),
karena kamu tidak sepatutnya
menyombongkan diri di dalamnya.
Keluarlah! Sesungguhnya kamu
termasuk makhluk yang hina.” (Q 7:11-18)
3. Neraka
Neraka adalah tempat para pendosa disiksa dengan api penyiksaan.
Dan tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?
Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan
dan tidak membiarkan,
yang menghanguskan kulit manusia. (Q 74:27-9)
Ayat-ayat lain yang menjelaskan tentang neraka dan mereka yang akan masuk ke sana adalah Q 50:24-6 dan 78:21-30
4. Surga atau Firdaus
Nama yang paling sering diberikan untuk firdaus, tempat tinggal mereka yang diberkati, adalah janna [taman]. Deskripsi firdaus di dalam Quran menunjukkan bahwa pada dasarnya tempat itu adalah sebuah tempat kenikmatan sensual di mana terdapat wanita-wanita cantik, sofa yang dibungkus dengan kain brokat yang mewah, gelas yang melimpah dengan minuman dan buah-buah yang lezat.
Pada hari itu banyak (pula)
wajah yang berseri-seri,
merasa senang karena usahanya (sendiri),
(mereka) dalam surga yang tinggi,
di sana (kamu) tidak mendengar
perkataan yang tidak berguna.
Di sana ada mata air yang mengalir.
Di sana ada dipan-dipan yang ditinggikan,
dan gelas-gelas yang tersedia (di dekatnya),
dan bantal-bantal sandaran yang tersusun,
dan permadani-permadani yang terhampar. (Q 88:8-16)
Q 56:8-38 memberikan lebih banyak detil lagi, berikut ini adalah sebagian dari ayat tersebut:
Mereka dikelilingi oleh
anak-anak muda yang tetap muda,
dengan membawa gelas, cerek dan sloki
(piala) berisi minuman yang diambil
dari air yang mengalir,
mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk,
dan buah-buahan apa pun yang mereka pilih,
dan daging burung apa pun yang mereka inginkan,
dan ada bidadari-bidadari
yang bermata indah,
laksana mutiara yang tersimpan baik.
Sebagai balasan atas apa yang mereka kerjakan…
Kami menciptakan mereka
(bidadari-bidadari itu) secara langsung,
lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan,
yang penuh cinta (dan) sebaya umurnya —
5. Kebangkitan dan Penghakiman
Eskatologi (pengetahuan tentang akhirat) membentuk sebagian besar dari ajaran Quran, terutama dalam surah-surah awal yang mencerminkan awal mula pengajaran Muhammad di kota Mekah. Di surah 75; 81:1-19; 82; 83:4-21; dan 84 terdapat penjelasan yang panjang mengenai kebangkitan dan penghakiman.
Dan apabila bintang-bintang berjatuhan,
dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
dan apabila unta-unta yang bunting
ditinggalkan (tidak terurus),
dan apabila binatang-binatang liar dikumpulkan,
dan apabila lautan dipanaskan,
dan apabila ruh-ruh
dipertemukan (dengan tubuh),
dan apabila bayi-bayi perempuan
yang dikubur hidup-hidup ditanya,
karena dosa apa dia dibunuh?
Dan apabila lembaran-lembaran
(catatan amal) telah dibuka lebar-lebar,
dan apabila neraka Jahim dinyalakan,
dan apabila surga didekatkan,
setiap jiwa akan mengetahui
apa yang telah dikerjakannya. (Q 81:2-14)
6. Pengampunan
Quran sedikit sekali berbicara tentang pengampunan bila dibandingkan dengan topik lain yang dibahas secara panjang lebar. Dari apa yang disebutkan, jelas bahwa pengampunan dipandang sebagai keputusan sesuai kehendak Allah yang hanya memerlukan sedikit, kalaupun ada, landasan moral, dan hal itu tidak membutuhkan usaha penebusan atau rekonsiliasi. Berikut ini adalah beberapa ayat yang berbicara tentang topik ini:
Orang-orang yang kafir,
mereka akan mendapat azab yang sangat keras.
Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan,
mereka memperoleh ampunan
dan pahala yang besar. (Q 35:7)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni
(dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik),
dan Dia mengampuni apa (dosa)
yang selain (syirik) itu
bagi siapa yang Dia kehendaki. (Q 4:48)
Terlepas dari dosa syirik yang tidak terampuni, dosa dibagi atas dosa besar dan dosa kecil. Dosa besar [kabira] awalnya mencakup pembunuhan, perzinahan, ketidaktaatan, makan riba, mengabaikan sholat Jumat atau puasa Ramadhan, melupakan Quran setelah membacanya, bersumpah palsu atau bersumpah demi nama lain di luar nama Allah, praktek sihir, perjudian, menari, dan mencukur jenggot. Beberapa di antaranya kini tidak lagi dianggap sebagai dosa besar. Dosa kecil [saghira] mencakup pelanggaran seperti berdusta, menipu, kemarahan dan hawa nafsu.
7. Predestinasi (takdir)
Kebanyakan tradisi Islam menyatakan bahwa manusia tidak bertanggungjawab atas tindakan mereka. Pengajaran predestinasi sangat erat hubungannya dengan pengajaran pengampunan, tampak dalam ayat-ayat seperti:
Sesungguhnya Allah menyesatkan
siapa yang Dia kehendaki
dan memberi petunjuk kepada
siapa yang Dia kehendaki. (Q 35:8)
Hal yang sama dinyatakan juga dalam Q 6:39; 14:4; 74:31.
8. Doa (sholat)
Seorang Muslim melakukan sholat lima kali sehari pada waktu yang ditentukan. Namun tidak ada satu pun ayat dalam Quran yang menyebutkan tentang kelima waktu sholat tersebut secara bersamaan. Doa bagi orang Muslim lebih merupakan latihan agama daripada doa sebagaimana yang dikenal orang Kristen. Doa harus diucapkan dalam bahasa Arab, dan setiap kali menggunakan bentuk dan kata-kata yang sama. Berikut ini adalah beberapa ayat-ayat Quran yang mengacu pada doa:
Dan laksanakanlah salat
pada kedua ujung siang (pagi dan petang)
dan pada bagian permulaan malam.
Perbuatan-perbuatan baik itu
menghapus kesalahan-kesalahan. (Q 11:114)
Selanjutnya, apabila kamu
telah menyelesaikan salat(mu),
ingatlah Allah ketika kamu berdiri,
pada waktu duduk dan ketika berbaring.
Kemudian, apabila kamu telah merasa aman,
maka laksanakanlah salat itu
(sebagaimana biasa).
Sungguh, salat itu adalah kewajiban
yang ditentukan waktunya
atas orang-orang yang beriman. (Q 4:103)
Wudhu harus dilakukan sebelum sholat.
Wahai orang-orang yang beriman!
Apabila kamu hendak melaksanakan salat,
maka basuhlah wajahmu
dan tanganmu sampai ke siku,
dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu
sampai ke kedua mata kaki. (Q 5:6)
9. Kebebasan beragama
Kebebasan beragama adalah topik dimana terdapat pertentangan pengajaran di dalam Quran. Ayat yang sering dikutip yang kelihatannya mendukung kebebasan beragama, bunyinya: ‘Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama’ (Q 2:256). Namun ada berbagai interpretasi mengenai ayat ini dalam Islam klasik.
Muslim jelas-jelas diharuskan untuk ‘perangilah dan bunuhlah orang-orang kafir di mana saja kamu temui’ (Q 9:5) dan ‘perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari kiamat…dan mereka yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang telah diberikan Kitab, hingga mereka membayar jizyah (pajak) dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk’ (Q 9:29).
Karena surah 9 berpenanggalan (diturunkan) sesudah surah 2, maka sesuai dengan hukum pembatalan, surah 9-lah yang harus diikuti (tidak peduli apapun interpretasi yang diberikan oleh Q 2:256). Dapat dipastikan ini tentunya adalah praktek Muslim mula-mula ketika mereka, lewat kekerasan, menyebarkan kepercayaan baru mereka dengan cara jihad. Untungnya sikap ini hanya ditemukan pada sebagian kecil Muslim saat ini. Namun demikian ada contoh-contoh tragis dari pemaksaan untuk masuk Islam dalam skala besar di jaman sekarang. Di awal abad ke-20, sekitar 1,5 juta rakyat Armenia dan umat Kristiani timur lainnya dibantai oleh orang-orang Turki. Pada masa peralihan menuju abad 21, ribuan orang Kristen Indonesia dipaksa masuk Islam oleh ‘pejuang jihad’ dari berbagai kebangsaan; dan yang menolak langsung dibunuh. Sejak invasi Irak pada tahun 2003, militan Islam mulai mengancam orang Kristen Irak dengan 4 macam pilihan: masuk Islam, membayar jizya, meninggalkan negaranya, atau dibunuh. Sikap dan ancaman serupa dilaporkan mulai terjadi pula di Pakistan.
Sehubungan dengan masalah kebebasan beribadah, penting diingat juga hukum syariah bahwa sekalipun minoritas non-Muslim dilindungi (yaitu tidak dibunuh) dan diijinkan beribadah dengan cara mereka sendiri, mereka tetap tidak diberi hak yang sama seperti kaum Muslim. (Lihat dzimmi, hal. 13, 14)
Quran tidak mengajarkan secara jelas bahwa yang murtad dari Islam harus dibunuh. Ada ketidakjelasan di sini, sehingga bisa diartikan juga bahwa mereka akan dijatuhi hukuman di kehidupan mereka yang akan datang, bukan kehidupan di masa kini.
10. Islam adalah satu-satunya agama yang diterima Allah
Dan barangsiapa mencari
agama selain Islam,
dia tidak akan diterima,
dan di akhirat
dia termasuk orang yang rugi. (Q 3:85)